Beruntung Dengan Closed House (bag 1)

Industri perunggasan saat ini sudah berkembang sangat pesat. Peternak pun mulai menyadari akan kebutuhan teknologi yang modern. Kandang Closed House dipilih karena memberikan keuntungan lebih bagi mereka.

Negara Indonesia masih potensial untuk pengembangan Closed House ayam ras mengingat konsumsi masyarakat yang kian tumbuh. Sierad Produce, Tbk. sebagai salah satu perusahaan integrator perunggasan sigap melihat peluang di depan mata. Menurut Dhanang Purwantoro ST, Area Manager East Indonesia PT. Sierad Industries, dua tahun ini Sierad gencar membangun Closed House di seluruh Indonesia, terutama di Jawa, baik internal form maupun kemitraan, baik breeding farm maupun commercial farm. Internal farm banyak di daerah Jawa Barat. Sierad merupakan leader di bisnis unggas Closed House ini. Berbicara proporsi Open House dan Closed House, Dhanang mengatakan bahwa angka nasional peternak pemakai Closed House baru sekitar 10%. Sedangkan dalam konteks Sierad, dikatakan A. Junaidi, S.Pt, selaku Head Region Kemitraan Sierad Produce Jawa Tengah-DIY yang diiyakan oleh drh. Hery Budi Karyono selaku Business Unit Head Commercial Farm Indonesia PT. Sierad Produce, mitra (plasma) Sierad ada sekitar 34% yang sudah menerapkan teknologi Closed House.

Hery mengungkapkan bahwa Closed House optimal pada wilayah dengan ketinggian 200-400 mdpl. “Kalau open house searah angin, sedangkan Closed House searah sinar matahari“. Alih teknologi Closed House diberikan melalui pelatihan bagi anak kandang di kandang mitra Sierad di bilangan Losari, Magelang milik Wahyu Pratomo yang sudah menggunakan CCTV untuk memantau anak kandang. Ada semacam ujian sehingga pihak Sierad dapat memutuskan layak tidaknya anak kandang untuk operasionalisasi Closed House.

Keunggulan Closed House di antaranya umur pemeliharaan lebih pendek, kepadatan (density) lebih padat, mengurangi bau amoniak dan populasi lalat yang pada Open House sering berbenturan dengan masyarakat, kejadian penyakit minim, kecuali terjadi kecerobohan dalam pemeliharaan alias faktor manusia, seperti tidak disiplin dalam biosekuriti, malas, dan lain-lain. Density 20 ekor per m² dipraktekkan di Jawa Barat karena konsumen menerima bobot ayam 0,8-1 kg. Sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, density pada angka 15 ekor per m² karena ayam kecil tidak laku, justru yang laku ayam besar.

Adalah Adityo Wibowo, pemilik bisnis bernama Mandiri Agro Sejahtera asal Gombong, Kebumen, Jawa Tengah yang melirik peluang Closed House ayam ras pedaging bermitra dengan Sierad karena dipicu oleh menurunnya bisnis pupuk organik yang dilakoninya. “Closed House dua lantai ini Desember jadi, akhir Januari 2012 chick in pertama“, aku lulusan Fakultas Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada ini ketika ditemui PI di farm-nya di bilangan Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah (5/7).

Dikatakan Adit, sapaan akrabnya, kandang Closed House full otomatic itu simple, praktis, mengurangi bau amoniak, dan tidak hanya piara ayam, tetapi diperlukan manajemen orang untuk operasional serta mortalitas hanya sekira 2-3%. Pada awal-awal pemeliharaan, Closed House milik Adit diisi ayam dengan kepadatan 13,5 ekor per m². “Tiga periode ini density sudah 15,7 ekor per m²“, ujarnya.

Kami kongsi berlima dengan populasi 21 ribu ekor selama 7 periode awal“, aku pemilik Closed House dua lantai berukuran 9m x 95m yang berada, di Hargorejo, Kokap, Kulon Progo, DIY ini. Lamanya bertahan di angka 21 ribu ekor itu karena biaya banyak tersedot untuk membangun fasilitas yang memadai di sekitar farm, seperti jalan dan penembokan tanggul sungai karena berbatasan dengan kandang. Bahkan warga sekitar kandang sempat protes karena terganggu dengan bau amoniak dari blower yang mengarah ke permukiman warga. Akhirnya ditemukan solusi membuat cerobong pembuangan amoniak mengarah ke atas.

Pada kesempatan itu pula PI bertemu dengan Trio Plasma Sierad yakni Prof. Dr. Sumiyana, M.Si. selaku Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Aldila Putra Satria Jaya selaku pemilik Firma Ayam Sejahtera, dan Wahyu Pratomo selaku pengusaha konstruktor. Diungkapkan Sumiyana, ia melirik bisnis ayam broiler dengan Closed House karena Sumiyana melihat potensi yang besar pada bisnis perunggasan. “Negara belum memenuhi kebutuhan daging (bagi rakyatnya, red). Bisnis ayam broiler masih feasible dan return positif“, tegasnya.

Aldila Putra Satria Jaya mengatakan bisnis ayam sangat prospek. Diungkapkan bahwa periode pemeliharaan selanjutnya kepadatan menjadi 22 ribu, kemudian sampai dengan periode ke-13 kepadatannya sudah 25 ribu ekor. Closed House membutuhkan lima buah pompa air dan setiap lantai terdapat 110 lampu. Selama pemeliharaan, Aldila mengganti bola lampu setiap 4 bulan dan lima buah pompa air. Closed House membutuhkan 3-4 anak kandang setiap lantainya. Perlu tambahan 4-5 orang ketika DOC datang, pelebaran sekat, dan panen.

Sementara itu, menurut Wahyu Pratomo, konstruksi baja konvensional (standar) mampu bertahan hingga 30 tahun, karena sangat minim bersentuhan zat kimia dan air serta kotoran ayam. Sedangkan kalau dengan konstruksi kayu, hanya dapat bertahan kurang dari 5 tahun. Nilai investasi Closed House dengan konstruksi full baja standar beserta kelengkapan equipment-nya sekitar Rp. 60.000 per ekor. Lantai kandang diberi alas terpal, sehingga kotoran menempel di terpal. Ketika selesai memanen ayam, anak kandang tinggal menarik terpal. “Closed House optimal pada daerah dengan kelembaban rendah, seperti di Kulon Progo contohnya“, ungkap pemilik Closed House tiga lantai berukuran 16m x 106m mitra Sierad di losari, Magelang, Jawa Tengah berkapasitas 75 ribu ekor ini.

Pengalaman Peternak Closed House

Menurut Sumiyana, balik modal Closed House miliknya ditaksir tidak sampai dua tahun dengan memanfaatkan modal alias full hutang dari perbankan dengan bunga kredit 11%, atau bunga kredit flat 6,25%. Dhanang mengungkapkan, Sierad terus melakukan inovasi, salah satunya tengah membangun Closed House full automatic tanpa sekam di Jawa Timur sehingga kotoran dapat segera dikeluarkan dari dalam kandang dengan mesin. Sementara Closed House milik Adit dan kawan-kawan masih menggunakan sekam, sehingga ketika ada kotoran yang menggumpal segera diambil, kemudian dilapisi sekam baru. Mengenai sapronak tidak ada permasalahan yang berarti, karena Closed House dapat disetel sesuai keinginan kita. Ayam pun merasakan kenyamanan di dalam Closed House, karena kesehatan ayam terkait dengan suplai oksigen yang sudah standar, sehingga mortalitas kecil. Rata-rata mortalitas ayam strain Cobb yang digunakan Sierad pada Closed House hanya sekitar 1%. Dalam setahun, peternak bisa memelihara ayam broiler sebanyak 7.5 sampai 8 kali. “IP tertinggi pada angka 398. Secara umum, IP mitra kita pada kisaran 350-398“, akunya.

Bersambung (Beruntung Dengan Closed House (bag 2))

Sumber : http://dhanangclosedhouse.com/beruntung-dengan-closed-house-bag-1/